Sunday, July 26, 2015

bicara soal agama, tabu?

bicara soal agama, tabu?
so. let's talk about it then..

I don't speak as someone who really know about religion, even my own religion, Islam.
Yes, lack in many ways, poor me ;(
but, I'm kinda lil bit confuse to find a good space to discuss some issues related to it.
because so many people become so judgmental about people's option toward other's understanding or believe of one religion.

misal, ada orang pindah dari islam, trus kita menghujat. mengomentari, bahkan akhirnya menghina.
ngaku sebagai orang Islam, tapi ngomongin sodara sendiri, teman sendiri.
lah emang yg nulis ga ngelakuin? yes I am, just find out how the ways to make it less.
kadang bingung sih, kalo kita lg ngomongin orang ya, kita ngerasa bener. lebih bener dari orang itu pastinya, nah kan jd sombong? kasian ga sih, ngerasa bener ternyata malah jelek.

I even sometimes envy about how other religions' believers being so consistent doing their prayer.
pernah punya host family di Rusia yang taat dengan agamanya, kristen ortodoks. setiap minggu pagi rajin ke gereja dan rajin puasa menurut tanggalan khusus berdasarkan agamanya. Mereka baik banget ke aku, taking role as my (russian) parents. one time, mereka nanya suatu kasus soal Nabi Muhammad, dan aku gabisa jawab! :(
lainnya, pernah satu kamar di kos sama penganut katolik, taat. setiap bangun tidur dia baca al-kitab dan berdoa, abis mandi dia nyanyiin pujian, trus sebelum tidur juga berdoa dan baca alkitab. tiap minggu ngusahaain banget ke gereja. ditambah lagi, dia pinter dan baik banget. sebelumnya aku beberapa kali anter dia ke gereja, sampe aku memutuskan untuk ga lagi, I told her why, it's related to my believe's, and she can understand that, adorable!

you guys must be pity on me.
I adore them who are consistent doing prayer and become a good example of their religion, socially and spiritually.

jadi, sebenernya kalo ngomongin agama bingung dari mana, luas. karena nggak hanya melulu ngomong soal rajin beribadah , tapi gimana caranya menjadi manusia yang bisa mewakili suatu agama dengan baik. Heavy task, isn't it?

kalo menurut aku sih, agama adalah ilmu soal rasa.
untuk menumbuhkan suatu rasa tertentu, kita harus mengenal. Jadi untuk bisa mempunyai perasaan tertentu sama Tuhan, kita harus mengenal kan?
iya, bapak adalah orang yg mengajarkan bahwa aku harus mengenal Tuhan.
Dengan mengenal, otomatis kita tahu bahwa memang Tuhan itu ada dan terjadilah berinteraksi berikutnya.

let me flashback for a while..
memang aku tumbuh di keluarga penganut agama Islam, seperti mayoritas orang Indonesia. yang setiap 'keharusan' nya menjadi ritual dan kebiasaan, karena sejak kecil melihat orang di sekitar melakukannya. 'nya' apa? ya solat, pake jilbab, ngomong 'InshaAllah', dll. tanpa mengetahui kenapa harus melakukan itu, artinya apa, buat apa, dan jadi salah kaprah. yang akhirnya, jadi males solat, pake jilbab asal2an, ngomong subhanallah padahal harusnya mashaAllah, yaa.. karena aku nggak ngerti sama apa yang aku lakukan.

Makin gede, bapak sudah nggak lagi marah-marah kalo aku nggak serutin dulu untuk ngaji, dll. Bapak lebih memilih untuk menanggapi apa-apa yang aku alami sehari-hari, yang terjadi sama orang-orang disekitarku, dan mencoba menjelaskan dari sudut pandang Islam, juga mengajak untuk mengamati dan berfikir. And that's the beginning of knowing God in Islam's perspective.

tentang Tuhan.
siapa sih? bentuknya seperti apa? 
later on, aku memahami bahwa Tuhan adalah Zat yang memiliki sifat-sifat Maha. Maha Kuasa, Maha Penyayang, Maha Pengampun, dll. Jadi, itu yang membuat aku ngerti kenapa tidak ada bentuk makhluk yang bisa mewakili, karena sifat Tuhan yang tidak bisa diwujudkan dalam bentuk makhluk apapun.

Dalam Islam, aku menyebut Tuhan dengan nama Allah. Zat yang memiliki Asmaul Husna (nama-nama baik), yang bisa dilihat di Al-Qur'an halaman paling depan atau belakang, sebanyak 99 buah. Kalo aku mengaku sebagai umat Islam, seharusnya aku meyakini Allah dengan mengetahui dan meng-implementasikan sifat baik Allah, sudahkah? jelas belum. dan dari situ juga, aku diajarkan untuk menghargai siapapun yang mengagungkan Tuhan, yang memiliki sifat2 baik itu, walaupun mereka mempunyai sebutan yang berbeda. Jadi, ga pantes ya, kalau dalam proses memahami apa yang kita yakini, kita menghujat orang lain. Baik yang se-agama tp beda pemahaman maupun yang beda agama. Selow aja, kan masih ada pilihan kata dan cara yang baik untuk saling mengingatkan dan belajar. Fair enough?

Kalo lagi mood,
besok-besok pingin nulis soal 'waktu' dan 'hubungan' .. siyu!

nb:
I don't cite Al-Qur'an or Hadist explicitly, atau ngomongin hal yang spesifik seperti akidah, fiqih, dll. karena aku minim pengetahuan dan aku nulis berasal berdasarkan pengalaman dan pemahaman pribadi. If you conclude that I cited those references implicitly, yes.. maybe. feel free lah ya..

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

this is my own opinion.
Kalau jelek, salahkan saya bukan agama saya. Karena pemahaman saya masih sedikit.
it's free space. feel free to discuss anything.
comment here or email me to fitria.avicenna@gmail.com

thanks :)
Barakallah.