hello!
ini bukan setahun setelah ulang tahun, hari besar, atau hari spesial sampai akhirnya saya nulis lagi.
menyenangkan buat flashback to several moments of life.
saat-saat setelah lulus kuliah menurutku adalah masa kritis, hihi, maksudnya?
iya, saat banyak pertanyaan dari dia dan mereka..
"apa rencana habis ini?"
"kerja dimana?"
"lanjut s2 dimana nih?"
"kapan nikah?"
anyway, itu masih mending ya daripada pertanyaannya
"eh si dia udah ketrima s2 di ... / udah nikah sama .., kapan kamu?"
*boleh lempar sandal kok =)
setelah satu tahun menjalani masa kritis, I can say that
don't let yourself get confuse to what people's comments
flashback to my last year,
mulai kerja jauh dari rumah itu akan membuat seseorang belajar banyak.
walaupun definisi jauh itu cuma 3 jam dari rumah dan kita bisa pulang ke rumah tiap weekend.
why? karena saya ketemu suasana baru, suasana kerja. karena saya kos. karena saya jauh dari dunia lama saya. karena saya merasa ini transisi menuju impian saya yang lain.
suasana kerja,
saya merasa sudah 'setengah' siap bekerja dengan pengalaman ketemu orang ini itu dan kondisi begini begitu di organisasi waktu kuliah. tapi kita gabisa pernah tau, what kind of environment will we meet in this working place ..
dulu, saya sudah dapat pengalaman buat adaptasi dengan ketatnya waktu, tingginya persaingan, tingginya mobilitas, deadline, bebas pendapat, such a challenging environment, right?!
kenyataannya, saya kerja di kota kecil, orangnya tidak begitu memperhitungkan waktu, tempat ini berusaha memberikan kesempatan bagi mereka yang mau berusaha dengan pengalaman yang minim. masih babat alas gitu.
in the first 3 months, I felt so happy with all those different aspects. I felt that this is so challenging!
3 bulan loh.. 3 bulan..
iya, jadi bulan ke empat. saya merasa jenuh karena waktu itu saya merasa sudah meng-eksplor kota kecil ini. saya merasa jengah karena suasana kerja yang tidak menentu dan tidak teratur. saya merasa bosan karena saya merasa tidak berkembang disini. ini dan itu. stuck!
time goes by,
kerjaan semakin banyak, teman baru berdatangan, suasana berubah.
saya merasa apa yang saya punya seharusnya dibagi, hap!
mulai dari hal-hal paling kecil dan sederhana, sedikit demi sedikit.. saya bisa membaur dengan sekitar, dan mereka ternyata juga mau belajar dari pengalaman sebelumnya.
masih sama, hidup butuh strategi :'))
nah, hal lain soal nge-kos.
iya, tiga bulan awal saya merasa baik-baik saja. karena awalnya saya punya room mate.
karena ibu (bapak, adek,eyang) kos saya 'gila' baiknyaa..
anyway, tetep aja kondisi akan berbeda.
kos itu bukan rumah.
yang si ibu kos punya kunci serep, jadi saya belajar untuk selalu ngerapiin kamar.
yang anggota kos punya kegiatan lain, jadi kalau nyalain musik/film/dll harus tau diri.
yang kalau makan harus beli/nyiapin sendiri.
yang setiap tiga bulannya harus membayar. *yaiyalahh bayar
dengan kondisi kos saya yg 'berbeda' dari kos lain, intinya waktu malam saya hanya untuk dikamar, kecuali kalau ada special occasions.
awalnya, itu semua merupakan menjadi sebuah rutinitas yg bikin jengah, lagi-lagi.
satu-satunya yang membuat saya terhibur dan semangat adalah saat weekend dan cita-cita saya!
kenapa weekend? saatnya pulang ke rumah.
pulang ke rumah itu melihat keramaian, ketemu teman yang ini dan itu, family time :)
selalu ada yang diceritakan ke bapak dan ibu, apalagi kalau saat-saat membosankan.
mendengar cerita keseharian bapak, ibu, dan adek adek itu menyenangkan.
mendengar saran dan semangat dari keluarga itu kayak nge-charge baterai.
cita-cita!
iya, saya punya cita-cita untuk kuliah s2 di luar negri dengan beasiswa.
itu yang membuat saya tiap weekend punya jadwal les, belajar tiap malem, ngelakuin research beasiswa dan universitas nyaris setiap hari, melancong ke kota besar lainnya buat liat pameran pendidikan, suka baca cerita keberhasilan orang lain di blog/artikel ppi, dll.
bosen? sering.
putus asa? ga jarang.
di saat-saat nyinyir kayak gitu, mendengar teman berangkat keluar negri untuk urusan organisasi ataupun teman lain udah ketrima s2 itu cuma bikin down. kenapa? ya pinginlahhhh...
dan diantara masa-masa kelam (*eits lebay),
semua perkataan dan pernyataan orang lain jadi terdengar offensive.
atau saya yang sensitif? hehe
apalagi di masa kegalauan, kalau orang sekitar kita obrolannya soal menikah. *ups
tapi Allah itu Maha Mengatur.
saya punya bapak dan ibu yang selalu bilang,
"dijalani dulu aja, nanti ada waktunya"
"sudah sampai mana fi?"
"iya, selalu didoakan kok", dan sebagainya
saya punya guru les dan teman yang sering bilang,
"semangat gi, ini cuma soal waktu, lo pasti bakal berangkat"
"one day you'll be there, cuma soal waktu"
"mbak gi, kalau udah disana keep in touch ya"
such a beautiful words as my trigger to do the further steps. :'))
dan dari semua perjalanan di dunia itu, perjalanan langit juga penting.
berdoa, bersyukur, dan berkorban.
setaun terakhir,
saya juga belajar kalau Allah itu mengabulkan setiap doa.
cuma saya yang sering lupa pernah berdoa apa, trus lupa bersyukur, malah ngeluh.
satu tahun itu keliatan cepet, if we look backwards.
tp kesehariannya itu penuh pembelajaran.
akan banyak hal-hal yang di awalnya merasa gak mungkin menjalani,
tapi ternyata semuanya menjadi kebiasaan.
belajar mengenal diri sendiri.
di saat down dan butuh perjuangan lah keliatan, seperti apa sih saya.
belajar beradaptasi di situasi apapun.
katanya, jadi kayak daging ikan laut. terasa tawar padahal lingkungannya asin.
belajar bersyukur.
banyak nikmat yang dikasi, darimana taunya?
coba lihat seberapa banyak yang melihat kamu, coba perhatikan apa yang orang bilang tentang kamu.
belajar balance, belajar berbagi, belajar menerima,
semakin mengetahui betapa sifat Maha memang dimiliki oleh Allah :)
sekarang? Alhamdulillah, every moment is enjoyable :')))
"hidup itu soal pembelajaran, jadi nggak ada yang salah" Bapak.
ini bukan setahun setelah ulang tahun, hari besar, atau hari spesial sampai akhirnya saya nulis lagi.
menyenangkan buat flashback to several moments of life.
saat-saat setelah lulus kuliah menurutku adalah masa kritis, hihi, maksudnya?
iya, saat banyak pertanyaan dari dia dan mereka..
"apa rencana habis ini?"
"kerja dimana?"
"lanjut s2 dimana nih?"
"kapan nikah?"
anyway, itu masih mending ya daripada pertanyaannya
"eh si dia udah ketrima s2 di ... / udah nikah sama .., kapan kamu?"
*boleh lempar sandal kok =)
setelah satu tahun menjalani masa kritis, I can say that
don't let yourself get confuse to what people's comments
flashback to my last year,
mulai kerja jauh dari rumah itu akan membuat seseorang belajar banyak.
walaupun definisi jauh itu cuma 3 jam dari rumah dan kita bisa pulang ke rumah tiap weekend.
why? karena saya ketemu suasana baru, suasana kerja. karena saya kos. karena saya jauh dari dunia lama saya. karena saya merasa ini transisi menuju impian saya yang lain.
suasana kerja,
saya merasa sudah 'setengah' siap bekerja dengan pengalaman ketemu orang ini itu dan kondisi begini begitu di organisasi waktu kuliah. tapi kita gabisa pernah tau, what kind of environment will we meet in this working place ..
dulu, saya sudah dapat pengalaman buat adaptasi dengan ketatnya waktu, tingginya persaingan, tingginya mobilitas, deadline, bebas pendapat, such a challenging environment, right?!
kenyataannya, saya kerja di kota kecil, orangnya tidak begitu memperhitungkan waktu, tempat ini berusaha memberikan kesempatan bagi mereka yang mau berusaha dengan pengalaman yang minim. masih babat alas gitu.
in the first 3 months, I felt so happy with all those different aspects. I felt that this is so challenging!
3 bulan loh.. 3 bulan..
iya, jadi bulan ke empat. saya merasa jenuh karena waktu itu saya merasa sudah meng-eksplor kota kecil ini. saya merasa jengah karena suasana kerja yang tidak menentu dan tidak teratur. saya merasa bosan karena saya merasa tidak berkembang disini. ini dan itu. stuck!
time goes by,
kerjaan semakin banyak, teman baru berdatangan, suasana berubah.
saya merasa apa yang saya punya seharusnya dibagi, hap!
mulai dari hal-hal paling kecil dan sederhana, sedikit demi sedikit.. saya bisa membaur dengan sekitar, dan mereka ternyata juga mau belajar dari pengalaman sebelumnya.
masih sama, hidup butuh strategi :'))
nah, hal lain soal nge-kos.
iya, tiga bulan awal saya merasa baik-baik saja. karena awalnya saya punya room mate.
karena ibu (bapak, adek,eyang) kos saya 'gila' baiknyaa..
anyway, tetep aja kondisi akan berbeda.
kos itu bukan rumah.
yang si ibu kos punya kunci serep, jadi saya belajar untuk selalu ngerapiin kamar.
yang anggota kos punya kegiatan lain, jadi kalau nyalain musik/film/dll harus tau diri.
yang kalau makan harus beli/nyiapin sendiri.
yang setiap tiga bulannya harus membayar. *yaiyalahh bayar
dengan kondisi kos saya yg 'berbeda' dari kos lain, intinya waktu malam saya hanya untuk dikamar, kecuali kalau ada special occasions.
awalnya, itu semua merupakan menjadi sebuah rutinitas yg bikin jengah, lagi-lagi.
satu-satunya yang membuat saya terhibur dan semangat adalah saat weekend dan cita-cita saya!
kenapa weekend? saatnya pulang ke rumah.
pulang ke rumah itu melihat keramaian, ketemu teman yang ini dan itu, family time :)
selalu ada yang diceritakan ke bapak dan ibu, apalagi kalau saat-saat membosankan.
mendengar cerita keseharian bapak, ibu, dan adek adek itu menyenangkan.
mendengar saran dan semangat dari keluarga itu kayak nge-charge baterai.
cita-cita!
iya, saya punya cita-cita untuk kuliah s2 di luar negri dengan beasiswa.
itu yang membuat saya tiap weekend punya jadwal les, belajar tiap malem, ngelakuin research beasiswa dan universitas nyaris setiap hari, melancong ke kota besar lainnya buat liat pameran pendidikan, suka baca cerita keberhasilan orang lain di blog/artikel ppi, dll.
bosen? sering.
putus asa? ga jarang.
di saat-saat nyinyir kayak gitu, mendengar teman berangkat keluar negri untuk urusan organisasi ataupun teman lain udah ketrima s2 itu cuma bikin down. kenapa? ya pinginlahhhh...
dan diantara masa-masa kelam (*eits lebay),
semua perkataan dan pernyataan orang lain jadi terdengar offensive.
atau saya yang sensitif? hehe
apalagi di masa kegalauan, kalau orang sekitar kita obrolannya soal menikah. *ups
tapi Allah itu Maha Mengatur.
saya punya bapak dan ibu yang selalu bilang,
"dijalani dulu aja, nanti ada waktunya"
"sudah sampai mana fi?"
"iya, selalu didoakan kok", dan sebagainya
saya punya guru les dan teman yang sering bilang,
"semangat gi, ini cuma soal waktu, lo pasti bakal berangkat"
"one day you'll be there, cuma soal waktu"
"mbak gi, kalau udah disana keep in touch ya"
such a beautiful words as my trigger to do the further steps. :'))
dan dari semua perjalanan di dunia itu, perjalanan langit juga penting.
berdoa, bersyukur, dan berkorban.
setaun terakhir,
saya juga belajar kalau Allah itu mengabulkan setiap doa.
cuma saya yang sering lupa pernah berdoa apa, trus lupa bersyukur, malah ngeluh.
satu tahun itu keliatan cepet, if we look backwards.
tp kesehariannya itu penuh pembelajaran.
akan banyak hal-hal yang di awalnya merasa gak mungkin menjalani,
tapi ternyata semuanya menjadi kebiasaan.
belajar mengenal diri sendiri.
di saat down dan butuh perjuangan lah keliatan, seperti apa sih saya.
belajar beradaptasi di situasi apapun.
katanya, jadi kayak daging ikan laut. terasa tawar padahal lingkungannya asin.
belajar bersyukur.
banyak nikmat yang dikasi, darimana taunya?
coba lihat seberapa banyak yang melihat kamu, coba perhatikan apa yang orang bilang tentang kamu.
belajar balance, belajar berbagi, belajar menerima,
semakin mengetahui betapa sifat Maha memang dimiliki oleh Allah :)
sekarang? Alhamdulillah, every moment is enjoyable :')))
"hidup itu soal pembelajaran, jadi nggak ada yang salah" Bapak.
No comments:
Post a Comment